Memilih Bacaan Anak

“Aku marah! Kalau aku marah akan kutembak dia dengan pistol air,” begitu celotehan dua bocah kecil saya suatu malam.

Kejutan baru lagi nih! Kata-kata itu jelas bukan hasil referensi saya atau papanya. Seingat saya, kosa kata itu justru ada dalam buku cerita anak yang pernah saya belikan. Tanpa sadar, saking seringnya mereka membaca buku itu, jadilah lidah mereka reflek mengucapkannya ketika bermain.

Buku, majalah, atau jenis bacaan apapun untuk anak memang sudah cukup banyak beredar di pasaran. Muatan cerita dan unsur artistik mungkin sudah cukup beragam dan menarik. Namun sayangnya, beberapa penulis dan penerbit buku anak sering melewatkan editing kosa kata tertentu yang justru bisa fatal jika diadopsi oleh anak-anak.

Kita tahu, anak-anak balita sangat cepat menyerap informasi.Hebatnya, mereka tidak melakukan proses menyaring untuk setiap informasi yang datang, dan kosa kata adalah bagian penting dari unsur informasi. Oleh karena itu, unsur kosa kata yang baik akhirnya menjadi sangat penting dalam memilih buku anak.

Kalimat-kalimat seperti, “Ayam itu nakal sekali sih!”. Anak-anak ternyata bisa mengembangkannya untuk konteks yang lain, misalnya,”Kakak nakal!” atau “Adik nakal!”. Nah, kalimat yang sering diulang-ulang lambat laun akan membentuk citra diri anak. Kalau kalimatnya mengandung unsur-unsur positif, maka anak-anak akan memiliki citra diri positif, tapi sebaliknya, kosa kata negatif akan membentuk citra diri negatif.

BACA JUGA:   Membuat Anak-anak Merasa Berarti

Menyadari efek tersebut, saya akhirnya merasa perlu lebih selektif memilih bacaan buat anak-anak. Biasanya sih hanya dengan membaca judulnya saja saya memilih buku atau majalah anak. Tetapi sekarang, perlu juga nampaknya untuk membaca isinya sampai tuntas. Ya, orang tua sekalian berperan sebagai editor. Tujuannya, untuk mencegah input kurang baik pada buku, yang mungkin luput dari proses editing di penerbit atau redaksi majalah.

Salam pendidikan!

x

8 thoughts on “Memilih Bacaan Anak

  1. MariaMaria

    kata-kata negatif seperti “nakal”, “bodoh”, “malas”, dsb.. itu seharusnya dihapus dari perbendaharaan kata ketika kita berbicara atau membicarakan anak. Sayangnya, masih banyak orang tua atau kakek-nenek atau siapa pun pengasuh anak yang masih suka menggunakan kata2 tersebut bahkan pada bayi. Misalnya ketika si bayi terbangun tengah malam dan tidak mau tidur lagi, maka dibilang: “nakal, bikin orang tua capek aja!” huh… si bayi mana tahu maksudnya dan apa kesalahannya… tp yg jelas kata2 itu akan mengendap diingatannya.. rugi kan kalo sampai kejadian seperti ini…

    Reply
  2. PutriPutri

    betul banget mbak, selama ini aku juga cuma mengawasi media elektronik, sampe lupa kalo media cetak juga bisa ambil peran begitu anak mengenal membaca

    Reply
  3. aditadit

    Anak balita memang cepat sekali menangkap apa yg didengarnya walaupun sering kali mereka nggak ngerti artinya.. Idealnya sih kita bisa membatasi masukan buat anak sampai mereka bisa berfikir matang, tapi kalau tidak bisa, paling tidak kita mencoba memberi pengertian mana yg baik dan yg tidak.. makasih tulisannya mbak Maya..

    Reply
  4. astutiastuti

    kekuatan kata-kata memang sangat berpengaruh bagi anak-anak, dan mereka sangat cepat untuk meniru, memang kita orang tua harus bijak ketika berbicara dengan anak, usia berapapun itu….dan kita juga harus bisa menciptakan lingkungan yang baik bagi anak kita, karena bila hanya lingkungan dalam rumah saja yang baik..ketika keluar kembali anak-anak menemukan hal-hal yang tidak baik bagi dirinya

    Reply
  5. yunayuna

    thanks mbak maya,tapi kyknya bukan cuma buku2 aja deh yg perlu kt sortir tp jg tayang2 tv,iklan2,film2 jg musti tuh..krn anak zaman sekarang cepat sekali meniru apa yg mereka liat,yang mereka dengar

    Reply
  6. surya malinisurya malini

    iya mba,ibarat kaset kosong jadi apa yang mereka dengar,lihat langsung direkam,dan terkadang suka kecolongan juga padahal kita sudah sedemikian selectifnya

    Reply
  7. SiporaSipora

    Setuju banget Mbak Maya, memang kita sbg ortu perlu sangat mewaspadai hal ini, supaya anak kita tidak terkontaminasi dengan hal-hal yang kurang baik, dantentunya pertama kali dimulai dari kita sbg ortu dengan memeberi contoh/teladan yang baik, baru kita mulai selektif dengan apa yg dilihat/dibaca/didengar oleh anak kita.
    Salam

    Reply
  8. rintanrintan

    bacaan sangat luar biasa pengaruhnya, untuk yang kira2 tidak aman untuk anak kadang saya menyimpan d tempat yang tak terjangkau,atau saya bersama suami selalu menyeleksi buku/baacaan yg dbeli,jika akhirnya tidak aman kita tidak membelinya…tapi yang utama harus ada komunikasi 2 arah dgn anak

    Reply

Leave a Reply to rintan Cancel reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *