“Sekolah” Masa Depan

Mungkin sudah yang ke sekian kalinya hal ini saya katakan: Betapa banyak inspirasi tentang pendidikan menjejali imajinasi saya gara-gara membaca buku Revolusi Cara Belajar. Oleh karena itu pula tak ada habisnya saya ingin ucapkan terima kasih kepada pihak-pihak terkait di penerbit Mizan yang telah mempersembahkan buku inspiratif ini kepada pembaca di negeri ini, termasuk saya.

Malam ini, saat saya membuka-buka lagi halaman-halaman buku tersebut, saya menemukan paragrap tentang Dr.Pat Nolan. Beliau adalah seorang dosen senior bidang pendidikan dari Universitas Massey di Pinggiran Palmerston North- New Zealand. Pat Nolan menggabungkan rasa cintanya pada pendidikan dengan kecintaan untuk mengeksplorasi alam Selandia Baru: Sungai jernih, hutan, gunung es, dll.

Konsep yang ditawarkan Nolan adalah studi terpadu dengan dunia sebagai ruang kelas. Dia berkata bahwa pengajaran SMU “metode lama” terpisah dari dunia nyata. Setiap mata pelajaran terkotak-kotak dan terisolasi dalam satuan-satuan kecil, sehingga semuanya nampak demikian sempit. Padahal jika berbagai mata pelajaran dikait-kaitkan, entah itu matematika, geografi, fisika, kimia, dll, maka kita dapat memahami dunia dengan lebih baik.

Hal paling menarik dari pendapat Nolan adalah tentang kemungkinan munculnya solusi-solusi baru oleh sekolah, pada berbagai bidang kehidupan, jika proses belajar dilakukan di dunia nyata. Dengan mengubah cara mengajar menjadi lebih aplikatif, setiap siswa diajak untuk mengeksplorasi pengetahuan menjadi basis untuk menemukan jawaban atas persoalan-persoalan kehidupan dan bukan semata hanya sebuah teori yang dilupakan setelah lulus sekolah.

BACA JUGA:   Reka Cipta Ruang Pendidikan

Kini, bahkan di tingkat perguruan tinggi di negeri kita, seringkali teori-teori yang diajarkan di ruang kelas mengangkang jauh dari dunia nyata. Mahasiswa berlomba mengejar target SKS tapi kemudian bingung saat hari pertama menyandang gelar sarjana. Mau kemana saya? Mau kerja apa saya? Jadi petani jelas tak mungkin masuk dalam daftar, meski ia seorang sarjana pertanian sekalipun. Lantas mau jadi apa?

Sebuah tanda tanya yang tak akan pernah berakhir. Akankah model “sekolah” dengan orientasi teoritis bisa menghasilkan lulusan yang mampu menghadapi kehidupan nyata dengan penuh rasa percaya diri?

Yuk, bikin sekolah alternatif!

x

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *