Cara belajar. Itulah salah satu perbedaan nyata antara model pendidikan “jadoel” dan masa kini. Saya tidak hendak berbicara tentang dikotomi kedua model ini dari sisi teori dan asumsi-asumi, apalagi prasangka. Saya hanya akan menuliskannya dari sisi pengalaman saya dengan anak-anak. Sepanjang menjalani pendidikan mandiri di rumah, kami tanpa sadar telah menjalankan banyak cara belajar, namun yang paling disukai anak dan orang tuanya 🙂 adalah model yang paling luwes, tidak mengikat, tidak terlalu terstruktur.
Belajar akademis (baca: pelajaran sekolah) tidak kami tinggalkan. Meski jadwal kadang semrawut tak ditepati, namun kami usahakan tetap ada, dengan cara yang lebih fleksibel. Kami tidak “memusuhi” kurikulum nasional. Meski kalau dibahas, ya memang banyak yang harus dikoreksi, tapi sementara ini koreksinya biarlah dalam lingkup kecil kami saja 🙂
Kembali ke cara belajar. Poin terpenting bagi kami, item-item yang harus dipelajari ada dalam daftar. Sementara sumber penunjang juga model belajarnya kami manfaatkan berbagai hal: buku, kegiatan fisik, diskusi, dan internet.
Internet dan Kendala Bahasa
Kami memanfaatkan internet untuk belajar dengan mengakses berbagai situs edukasi, baik situs milik diknas seperti duniabelajar.org dan situs-situs asing, seperti yang keren ini www.e-learningforkids.org untuk belajar matematika, sains, dan bahasa Inggris gratis. Dari sekian banyak website gratis yang pernah disambangi anak-anak, ini yang paling lengkap dan anak-anak juga suka.
Awalnya kami pun sering menjadikan kendala bahasa sebagai alasan untuk tidak memanfaatkan sumber belajar dari website luar. Namun karena cara belajarnya asyik, interaktif dan kontekstual, anak-anak ternyata bisa melewati kendala tersebut.
Tak bisa dipungkiri, anak-anak masa kini adalah anak-anak digital. Seringnya mereka berinteraksi dengan content berbahasa Inggris, tanpa sadar membuat otak mereka terintegrasi dengan konteks-konteks. Dan akhirnya memahami. Jika ada beberapa kata yang sulit, paling mereka tanyakan, atau kami rekomendasikan kamus online. Mereka bisa mencari dan belajar sendiri.
Belajar Bertemankan Teh Manis
Meskipun sering muncul “godaan” untuk tetap memakai guru dalam mengajarkan pelajaran akademik ala sekolah formal tradisonal, namun pada kenyataannya, jika persoalannya adalah content akademik, anak-anak yang sudah punya minat baca tidak terlalu berat menempuhnya secara mandiri. Mereka bisa belajar di pagi hari, di meja serbaguna kami, dengan secangkir teh hangat dan diselingi obrolan-obrolan kecil.
Belajar di Luar Ruangan
Belajar akademik bisa berlangsung tanpa harus dikerangkeng dengan cara-cara yang tunggal, yang konvensional. Bahkan di sekolah sekalipun, cara lama yang kaku, sudah semakin sulit untuk diterapkan. Guru dan cara belajar harus berubah untuk zaman yang sudah berubah. Fleksibel dengan tempat, fleksibel dalam cara duduk, dan berbagai hal lain yang biasanya begitu sulit untuk diubah. Kami bahkan bisa belajar akademik lesehan di tikar, di bawah pohon mangga. Dan itu, sangat menyenangkan 🙂